Jumat, 03 Mei 2013

SEJARAH ISLAM DI INDONESIA


By: MARDIANTO

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam belantaran pengetahuan, sejarah menempati posisi yang penting dan signifikan. Ia boleh dikatakan sebgai “mother of knowletge”. Berangkat dari sejarah, pengetahuan dapat dibagi dan dikaji demi kebaikan  peradaban pada era yang akan datang.  Proses memahami dalam kajian sejarah harus dibarengi pula dengan pendekatan dan metodologi yang memadai, karena jika tidak demikian wajah sejarah tidak lagi indah untuk dinikmati, tapi sejarah yang berwajah garang karena akan di peras bersih, obyektif, sehingga kebenarannya dapat di pertanggungjawabkan.[1]
Salah satu Sejarah yang paling penting bagi peradaban umat manusia, umumnya adalah sejarah “Perkembangan Islam di Indonesia”. Dalam perspektif apapun, seorang sejarawan diperkenankan untuk menggali dan menguraikan fakta masa lalu umat Islam tersebut. Baik dia merupakan sejarawan Orientalis (Barat) atau para sejarawan muslim sendiri. Akan tetapi, memang harus diperhatikan kaidah-kaidah dalam menyajkan Tulisan Sejarah, sehingga dapat mengaburkan kesan kepentingan dan subyektifitas yang mungkin akan muncul.
Akan tetapi, nampaknya peradaban-peradaban Islam yang disarat dalam kajian-kajian Islam sampai waktu belum lama ini hanya terbatas pada empat peradaban Islam yang dominan. Semuanya sangat berkaitan dengan empat kawasan, yaitu: (1) kawasan pengaruh kebudayaan Arab (timut Tenga, dan Afrika Utara, termasuk Spanyol Islam), (2) kawasan pengaruh kebudayaan Persia (Iran, dan Negara-negara Islam Asia Tenggara), (3) kawasan pengaruh kebudayaan Turki, dan (4) dan kawasan pengaruh Kebudayaan India Islam. Hal ini, nampanya, sangat ditentukan oleh perkembangan politik Islam sampai periode pertengahan. Kalau pada periode klasik, peran Arab sangat menonjol karena memang Islam hadir disana, maka pada periode pertengahan. Muncul tiga karajaan besar Islam yang mewakili Tiga kawasan Budaya, yaitu Kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia, dan kerajaan Mughal di India. Kerajaan-kerajaan Islam yang lain, meski juga ada yang cukup besar, tetapi jauh lebih lama bila dibandingkan dengan tiga kerajaan ini,bahkan berada dalam pengaruh salah satu di antaranya. Kajian politik rupanya masih sangat besar mempengaruhi Kajian sejarah Kebudayaan dan Peradaba. Studi Islam seperti ini, maksudnya kajian Islam yang masih membatasi empat batasan itu, masih terlihat dalam tulisan-tulisan Ilmuan kontemporer yang mengkaji persoalan keIslaman. Sekarang kawasan itu menjadi luas dengan ditambahkannya Asia Tenggara sebagai kawasan baru dalam Studi keIslaman, di antaranya Indonesia.[2]
Meski kajian sejarah Islam di Indonesia mendapat porsi yang besar, tetapi terlihat sekali bahwa ia belum termasuk dalam satu kesatuan kajian sejarah peradaban Islam. Kalau empat kawasan budaya Islam tersebut diatas termasuk dalam kajian sejarah Peradaban dunia Islam, maka Indonesia dibahas dalam bagian tersendiri. Islam di Indonesia sebenarnya sudah berkembang pada periode Pertengahan Sejarah Islam (1250-1800 M), tetapi kajiannya terpisah dari pembahasan periode itu.[3]
Sesuai dengan judul Makalah ini, maka kita akan meneliti bagaimana perkembangan Islam di Indonesia pada permualaan sekali, maka yang dikaji adalah para Ulma yang menyiarkan Islam di Indonesia. Kita menyadari sepenuhnya bahwa Islam tersiar luas di seluruh Indonesia adalah berkat jasa dari para Ulama Indonesia, Ulama Arab, Ulama India, Ulama Persia, Ulama Petani dan lain-lainnya.[4]

B.  Rumusan Masalah
            Beradasarkan latar belakang masalah yang tersebut di atas, maka penulis dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Kapan dan bagaimana masuknya agama Islam ke Indonesia?
2.      Bagaimana bentuk dan corak perkembangan agama Islam di Indonesia?
3.      Apa saja bentuk saluran Islamisasi di Indonesia?

C.   Manfaat Penulisan
            Adapun manfaat penulisan makalah ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Agar dapat mengetahui kapan dan bagaimana proses masuknya agama Islam di Indonesia
2.      Agar dapat mengetahui corak-corak perkembangan agama Islam di Indonesia.
3.      Agar dapat mengetahui saluran-saluran Islamisasi yang berkembang di Indonesia.



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Awal Masuknya Islam di Indonesia
Sejak zaman Prasejarah, penduduk kepulauaan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauaan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. [5] Sehingga Islam dengan mudahnya masuk ke Indonesia.
Menurut pendapat yang disimpulkan dalam seminar masuknya tentang Islam ke Indonesia yang diselenggarakan di Medan pada 1968, Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah atau abad ketujuh/delapan Masehi. Ini mungkin didasarka pada penemuan Batu Nisan seorang Wanita Muslimah yang bernama Fatima binti Maimun di Leran dekat Surabaya yang bertahun 475 H atau 1082 M.[6]
Sedangkan menurut laporan seorang musyafir  Maroko Ibnu Batutah yang mengunjungi Samudera Pasai dalam perjalanannya kenegeri Cina pada 1345 M, Agama Islam yang bermazhab Syafi’i telah mantab disana selama seabad. Oleh karena itu berdasarkan bukti ini, abad XIII biasanya dianggap sebagai masa awal masuknya Agama Islam ke Indonesia.[7]
            Pada tahun 173 H sebuah Kapal Layar telah berlalu di bandar Perlak, membawa angkutan dakwah di bawah Pimpinan Nahkoda Khalifah, yang datang dari Teluk Kambay Gujarat pada tanggal I Muharram 225 H. Kerajaan Perlak di Proklamasikan menjadi semua Kerajaan Islam dan Sayyid Abdul Aziz dilantik menjadi Rajanya dengan Gelar Sulatan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah.[8]
Nahkoda Khalifah ini duduga oleh Prof. A. Hasjmy berasal dari keturunan Bani Khalifah yang berasal dari Jazirah Arab (Saudi Arabia Sekarang). Angkatan dakwah yang dipimpin Nahkoda Khalifah berjumlah 100 orang, yang terdiri dari orang Arab, orang Persia, dan orang keluarga Istana. Salah seorang dari mereka adalah Sayid Ali dari suku Qurais yang kawin dengan seorang puteri yaitu Makhdum Tansyuri, salah seorang adik dari Meurah Perlak Syahir Nuwi. Dari perkawinan ini lahirlah Sayid Abdul Aziz, putera campuran Arab, Perlak, yang kemudian setelah dewasa pada tahun 225 H dilantik menjadi raja dari Kerajaan Islam Perlak Yang pertama.
Syahir Nuwi yang menjadi Meurah Perlak itu adalah anak dari Pangeran Salman yang telah memeluk agama Islam. Jikalau kedatangan angkatan dakwah ini pd tahun 173 H, sedangkan Pangeran Salman sebagai seorang muslim datang di Perlak 50 Aceh pada awal abad kedua Hijriah atau akhir abad pertama Hijriah.
Sayid Abdul Aziz ini kawin dengan anak pamannya Syahir Nuwi yang bernama Makhdum Khadewi. Dan ibukota negeri Perlak yaitu Bandar Perlak di ubah menjadi Bandar Khalifah.[9]
Menurut J. C. Van Leur, berdasarkan berbagai cerita perjalanan dapat diperkirakan bahwa sejak 674 M. Ada koloni-kolono Arab di Barat laut Sumatera , yaitu di Barus,  daerah penghasil kapur Barus. Dari berita Cina bisa diketahui bahwa di masa dinasti T’ang (abad ke-9-10) orang-orang Ta-shih sudah ada di kantor (Kan-fu) dan Sumatera.Ta-shih adalah sebutan untuk orang-orang Arab dan Persia, yang ketika itu jelas sudah menjadi Muslim. Perkembangan dan pelayaran yang bersifat internasional antara Negeri-negeri di Asia Bagian Barat dan Timur mungkin disebabkan oleh kegiatan kerajaan Islam di Bawah Bani Ummayyah dibagian Barat dan kerajaan Cina zaman Dinasti T’ang di Asia Timur serta kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara. Akan tetapi, menurut Taufik Abdullah, belum ada bukti bahwa pribumi Indonesia di tempat-tempat yang disinggahi oleh para pedagang muslim itu yang beragama Islam adanya koloni itu, diduga sejauh yang paling bisa dipertanggung jawabkan ialah para pedagang Arab tersebut hanya berdiam untuk menunggu musim yang baik bagi pelayaran. [10]
Baru pada zaman berikutnya penduduk kepulauan ini masuk Islam, tentu  bermula dari penduduk pribumi di koloni-koloni pedagang muslim itu. menjelang abad ke-13 M, Masyarakat muslim sudah ada Di Samudera Pasai, Perlak dan Pelembang di Sumatera. Di Jawa, Makam Fatimah binti Maimun di Leran (gresik) yang berangkat tahun 475 H (1082 M), dan Makam-makam Islam di Tralaya yang berasal dari abad ke-13 M merupakan bukti perkembangan komunitas Islam, termasuk dipusat kekuasaan Hindu-Jawa ketika itu, Majapahit. Namun, sumber sejara yang sahih yang memberikan kesaksian sejarah yang dapat di pertanggung jawabkan tentang berkembangnya masyarakat Islam di Indonesia, baik berupa prasasti dan historiografi tradisional maupun berita asing, baru terdapat ketika “komunikasi Islam” berubah menjadi pusat kekuasaan.[11]
Sampai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam itu, berkembang Agama Islam di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga Fase. (1) singgahnya pedagang-pedagang Islam di Pelabuhan Nusantara. Sumbernya ialah berita luar Negeri, terutama Cina. (2) adanya komunitas-komunitas Islam dibeberapa daerah kepulauan Indonesia, dan (3) berdirinya Kerajaan-kerajaan Islam.

B.  Corak dan Perkembangan Islam di Indonesia
Pembicaraan mengenai corak-corak ke-Islaman di Indonesia  terpolarisasi kedalam dua masa yaitu masa kesultanan dan masa Penjajahan.[12] Di daerah-daerah yang sedikit sekali disentuh oleh Hindu-Budha seperti daerah-dareah Aceh dan Minangkabau di Sumatera dan Banten di Jawa, Agama Islam secara mendalam memengaruhi kehidupan agama, sosial dan politik penganut-penganutnya sehingga didaerah-daerah. Tersebut agama Islam itu telah menunjukkan dori dalam betuk yang lebih murni. Di Kerajaan-kerajaan tersebut agama Islam tertanam kuat sampai Indonesia Merdeka. Salah satu buktinya yaitu banyaknya nama-nama Islam dan peninggalan-peninggalan yang bernilai ke-Islaman.[13]
Islam dimulai di wilayah ini lewat kehadiran individu-individu dari Arab, atau dari penduduk asli sendiri yang telah memeluk agama Islam. Dengan usaha mereka, Islam tersebut sedikit demi sedikit dan secara perlahan-lahan. Langkah penyebaran Islam mulai dilakukan secara besar-besaran ketika dakwah telah memiliki orang-orang khusus menyebarkan dakwah. Setelah fase itu kerajaan-kerajaan Islam dimulai terbentuk dikepulauaa ini. Di antara kerajaan-kerajaan itu yang terpenting adalah sebagai berikut :
1). Kerajaan Malaka (803-917 H/1400-1511 M)
2). Kerajaan Aceh (920-1322 H/1514-1904 M)
3). Kerajaan Demak (918-960 H/1512-1552 M)
4). Kerajaan Banten (960-1096 H/1552-1684 M)
5). Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar) (178 H/1667 M)
6). Kerajaan Semenanjung melayu (setelah keruntuhan Malaka).[14]
Masuknya Islam kedaerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Di samping itu, keadaan Politik dan Sosial Budaya daerah-daerah ketika didatangi Islam yang berlainan. Pada abad ke 7-10 M, kerajaan Sriwijaya meluas kekuasaannya ke daerah Semenanjung Malaka sampai, Kedah. Hal itu erat hubungannya dengan usaha penguasa Selat Malaka yang merupakan kunci bagi Pelayaran dan Perdagangan Internasional. Datangnya orang-orang muslim kedaerah itu sama sekali belum meperlihatkan dampak-dampak politik. Karena mereka datang memang hanya untuk usaha pelayaran dan perdagangan. Keterlibatan orang-orang Islam dalam bidang politik baru terihat pada abad ke-9 M, ketika mereka terlibat dalam pemberontakan petani-petani Cina terhadap kekuasaan Tang pada masa pemerintahan Kaisar Hi-Tsung (878-889 M). akibat pemberontakan itu, kaum muslimin banyak yang dibunuh. Sebagian lainnya lari ke Kedah, wilayah yang masuk kekuasaan Sriwijaya, bahkan ada yang ke Palembang, dan mebuat perkembangan Muslim disini. Kerajaan Sriwijaya pada waktu itu memang melindungi orang-orang muslim diwilayah kekuasaannya.[15]
Kemajuan politik dan ekonomi Sriwijaya berlangsung sampai abad ke-12 M. pada akhir abad ke-12 M, kerajaan ini mulai memasuki masa kemunduran. Untuk mempertahankan posisi ekonominya, kerajaan Sriwijaya membuat peratutan Cukai yang lebih berat bagi kapal-kapal dagang yang singgah kepelabuhan-pelabuhannya. Akan tetapi, usaha itu tidak mendatangkan keuntungan bagi kerajaan, bahkan justru sebaliknya kerena kapal-kapal dagang Asing seringkali menyingkir. Kemunduran ekonomi ini membawa dampak terhadap perkebangan politik.[16]
Kemunduran ekonomi dan politik Sriwijaya dipercepat oleh usaha-usaha kerajaan Singasari. Yang sedang bangkit di Jawa. Kerajaan Jawa ini melakukan ekspedisi Pamalayu tahun 1275  M dan berhasil mengalahkan kerajaan Melayu di Sumatera. Keadaan itu mendorong yang dikuasai Sriwijaya untuk melepaskan diri dari kekuasaan tersebut. Berikut ini beberapa kerajaan di Indonesia :

1.   Kerajaan Malaka
Karena kekacauan-kekacauaan didalam negeri sendiri akibat perbuatan dikekuasaan di Istana, Kerajaan Singasari, juga pelanjutnya, Majapahit, tidak mampu mengontrol daerah Melayu dan Selat Malaka dengan baik, sehingga Kerajaan samudera Pasai dan Malaka dapat berkembang dan mencapai  Puncak kekuasaan hingga abad ke-16.[17]
Malaka adalak kota pesisir yang diyakini merupakan daerah Islam tertua di Indones. Awalnya wilayah ini diperintahkan oleh para pemimpin-pemimpin Hindu, hingga akhirnya Pangeran Iskandar  Syah memeluk Islam, disamping juga sebagai pusat perdagangan penting. Iskandar Syah wafat pada tahun 828 H/    1424 M.
Malaka kemudain berkembang menjadi kekaisaran yang memiliki wilayah yang luas, mencakup Semenanjung Melayu seluruhnya dan sebagia besar Sumatera. Bendera Islam juga dibawa keluar Malaka, lalu tersebar di kepulauan-kepulauan Asia Selatan dan Timur. Di antara Sultan-sultan Malaka yang terkenal adalah Muhammad Syah, Mansyur Syah, dan Mahmud Syah. Malaka jatuh ketangan Potugis setelah ditemukannya jalur Ro’su ar-Roja’us Salih pada tahun 017 H/ 151 M.[18]

2.   Kerajaan Demak
Sebagaimana telah disebutkan dalam bab terdahulu, perkembangan Islam di Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi Raja Majapahit. Hal itu member peluang kepada penguasa Islam dipesisir untuk membangun pusat-pusat kekuasaan yang independen. Di bawah Pimpinan Sunan Ampel Denta, Wali Songo bersepakat mengankat Raden Patah menjadi Raja pertama Kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa, dengan gelar Senopati Jimbun Ngabduraman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.Raden Patah dalam menjalankan pemerintahannya,, terutama dalam persoalan-persoalan agama, dibatuh oleh para Ulama,Wali Songo. Sebelumnya, Demak yang masih bernama Bintora merupakan daerah Vasal Majapahit yang diberikan Raja Majapait kepada Raden Patah. Daerah ini menjadi lambatlaun menjadi pusat perkembangan agama Islam yang diselenggarakan oleh para Wali.[19]
Pemerintahan Raden Patah berlangsung kira-kira diakhir abad ke-15 hingga awal ke-16. Dikatakan, ia adalah seorang anak Raja Majapahit dari seorang ibu muslim keturunan Campa. Ia diganti oleh anaknya Sambrang Lur, dikenal juga dengan nama Pati Unus. Menurut Tome Pires, Pati Unus 17  tahun kketika menggantikan ayahnya sekitar tahun 1507. Menurutnya, tak lama setelah naik tahta, ia merencanakan suatu serangan terhadap Malaka. Semangat perangnya semakin memuncak ketika Malaka di taklukkan oleh portugis pada tahun 1511. Akan tetapi sekitar pergantian tahun 1512-1513, tentunya mengalami kekalahan besar.
Setelah wafatnya Pati Yunus, memerintahlah Raja Paling terkenal dari kerajaan ini yaitu Raden Trenggono. Dia adalah seorang mujahid  beesar yang diantara hasil usahanya terkenal adalah masuknya Islam kedaerah Jawa Barat.[20]

      3.   Kerajaan Banten
Sejak zaman-zaman Islam, ketika masih berada di bawa kekuasaan raja-raja Sunda (dari Pajajaran, atau mungkin sebelumnya), Banten sudah menjadi kota yang bararti. Dalam Tulisan Sunda Kuno, Ceri Parahyangan, namun Wahanten Girang. Namun ini dapat dihbungkan dengan Banten. Sebuah kota pelabuhan di Ujing Barat Pantai Utara Jawa. Pada tahun 1524atau1525, Suna Gunung Jati dari Cirebon, meletakkan dasar bagi pengembangan agama dan kerajaan Isalam srta bagi pandangan orang-orang Islam disana.[21]
Untuk menyebarkan Islam di Jawa Barat langkah Sunan Gunung Jati berukutnya adalah menduduki pelabuhan Sunda yang sudah tua, kira-kita tahun 1527. Ia memperluas kekuasaannya atas kata-kata pelabuhan Jawa Barat lain yang semua termasuk Pajajaran.[22]
Pada tahun1568, disaat kekuasaan Demak beralih Kepajang, Hasanuddin memerdekakan Banten. Itulah sebabnya olah tradisi ia dianggap sebagai Raja Islam pertama di Banten. Kerajaajn Banten ini mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Hasanuddin, yang merupakan raja pertamanya.melalui kekuasaan anaknya Sultan Yusuf, penyebaran Islam semakin bertambah, dan kerajaan ini menjadi pusat perdagangan yang penting.[23]

      4.   Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar)
Kerajaan ini berada dikepulauaan Sulawesi yang dahulu merupakan kota pelabuhan paling penting. Kerajaan Gowa-Tallo, ini biasa disebut kerajaan kembar yang saling berbatasan biasanya disebit kerajaan Makassar.[24]
Kerajaan Gowa berdiri sekitar 1300 M, ketika Sembilan Raja yang dinamakan Bate Sulapang (pemegang panji-panji) daerah masing-masing mengankat seorang gadis untuk menjadi Raja Gowa I yang dinobatkan jadi Raja dengan gelar Tumanurung. Raja ini mau menerima pengankatan dengan syarat Bate’ Sulapang diubah jadi Kasuwiang Sulapang (Sembilan Raja  Pelaksana).[25]
Sekitar tahun 1583 M, datanglah Sultan Babullah ke kerajaan Gowa. Ketika itu yang memerintah kerajaan Gowa adalah Tamijallo. Kedatangan Sultan Babullah ada dua maksud :[26]
a.       Memperbaiki  hubungan dengan cara menyerahkan kembali pulau selayar kepada Gowa.
b.      Mengajak raja Gowa dan seluruh rakyatnya untuk menerima agama Islam.
Diceritakan pula bahwa Raja Gowa dan Raja Luwumenerima Islam. Pada tahun 1603 Raja Luwu (Puyung Luwu) yang bernama La Patiware Daeng Pribbung masuk Islam lalu diberi gelar Sultan Muhammad. Pada tahun 1605 Raja Gowadan Mangkubuminya masuk Islam pula. Raja Gowa  XIV bernama I Manga’rangi Daeng Manrobbia yang kemudian diberi gelar sultan Alauddin. Mangkubumi kerajaan Gowa yang bernama I Malingkoan Daeng Nyonri Karaeng Katangka (Raja Tallo) masuk Islam pada tanggal 9 Jumadil Awal 1014 H.
Pada tahun XVVI seluruh Sulawesi dihilangkan telah menganut agama Islam kecuali Tana Toraja. Saat itu Kerajaan Gowa menguasai hampir seluruh wilayah nusatara bagia Timur. Diantaranya adalah:[27]
a.       Tahun 1616 M Bima dimasuki oleh panglima  Lomo Mandalle..
b.      Tahun 1618 M Sumba  dimasuki oleh Panglima Karane Marowangi.
c.       Tahun 1618 M Timor direbut oleh Raja Tallo,
d.      Tahun 1622 M Sulawesi Tengah dan Silawesi Utara dikuasai.

C.  Saluran Islamisasi di Indonesia
            Apabila kerajaan Islam sudah berdiri, penguasanya melancarkan perang terhadap kerajaan non Islam. Hal itu bukanlah persoalan agama teteapi karena dorongan politis untuk menguasai kerajaan-kerajaan disekitarnya.[28]
Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam,[29] yaitu :
1. Saluran Perdagangan
            Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdagangan, abad ke-7 hingga ke-16.saluran Islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan  karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Di beberapa tempat, penguasa-penguasa Jawa, yang menjabat sebagai bupati-bupati Mjapahit yang ditempatkan di pesisir Utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan hanya karena faktor politik dan negeri yang sedang goyah, tetapi terutama karena faktor hubungan ekonomi dengan pedagang-pedagang muslim.
2.   Saluran Perkawinan
            Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik dari pada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin, mereka di-Islamkan lebih dahulu dan seterusnya. Demikian yang terjadi antara Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan gunung Jati dengan Puteri Kawunganten, Brawijaya  dengan Puteri Campa yang menurunkan Raden Patah dan lain-lain.
3.   Saluran Tasawuf
            Pengajar-pengajar tasawuf, atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Denagn tasawuf, bentuk Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima.
4.   Saluran Pendidikan
            Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiyai-kiyai, dan ulama-ulama.
5.   Saluran Keseniaan
            Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat.
6.   Saluran Politik
            Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan masyarakat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Berdasarkan uraian makalah tersebut di atas, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah atau abad ketujuh/delapan masehi. Ini mungkin didasarka pada pada penemuan batu Nisan seorang wanita Muslimah yang bernama Fatima binti Maimun di Leran dekat Surabaya yang bertahun 475 H atau 1082 M,
2.      Kerajaan-kerajaan Islam yang terpenting yang pernah ada di Indonesia diantaranya:
a.       Kerajaan Malaka (803-917 H/1400-1511 M)
b.      Kerajaan Aceh (920-1322 H/1514-1904 M)
c.       Kerajaan Demak (918-960 H/1512-1552 M)
d.      Kerajaan Banten (960-1096 H/1552-1684 M)
e.       Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar) (178 H/1667 M)
f.       Kerajaan Semenanjung melayu (setelah keruntuhan Malaka)
3.      Bentuk-bentuk Islamisasi yang berkembang di Indonesia yaitu:
a.       Saluran Perdagangan
b.      Saluran Perkawinan
c.       Saluran Tasawuf
d.      Saluran Pendidikan
e.       Saluran Keseniaan
f.       Saluran Politik
B.     Kritik dan Saran
Tentunya dalam pemaparan makalah ini terdapat banyak kekurangannya. Maka dari itu, kami sebagai penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak agar menjadi bahan pembelajaran bagi penyusun agar dapat menambah wawasan pemakalah dan pembaca mengenai sejarah perkembangan Islam di Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA

Abdul Karim M. 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Syamsu As. Muhammad. 1999. Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya. Jakarta: Lentera.
Sunanto Musyirifah. 2003. Sejarah Islam Klasik perkembangan ilmu Pengetahuan Islam.  Bogor : Kencana.
Thoyir Ajid. 2004. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: PT. Raja Gafindo Persada.
al-Usairy Ahmad. 2003. Sejarah Islam (Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana.
Yatim Badri. 1994. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Gafindo Persada.



[1] M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), hlm., 7.
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Ed), cet. 2, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), hlm, 4-5
[3] Ibid, hlm, 5
[4] Muhammad Syamsu AS, Ulama Pembawa Islam Di indonesia dan Sekitarnya, cet. 2, (Jakarta: Lentera, 1999), hlm, xxi
[5] Badri Yatim, op. Cit., hlm, 191
[6] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Ed), cet. 1. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm, 290.
[7] Ibid, hlm, 291
[8] Muhammad Syamsu AS, op. Cit., hlm. 2.
[9] Ibid.
[10] Badri Yatim, hlm., 192-193
[11] Ibid, hlm, 193.
[12] Ajid Thohir, op. cit., hlm., 293.
[13] Ibid, hlm. 293-294
[14] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, cet. I, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), hlm., 336.
[15] Ibid.
[16] Ibid, hlm., 194-195.
[17] Ibid, hlm. 195.
[18] Ahmad al-Usairy, op. Cit. hllm., 337.
[19] Badri Yatim, hlm., 210-211
[20] Ahmad al-Usairy, hlm. 450.
[21] Badri Yatim, op. cit. hlm., 217.
[22] Ibid, hlm., 218.
[23] Ahmad al-Usairy, hlm. 450.
[24] Badri Yatim, hlm., 223.
[25] Muhammad Syamsu, hlm., 98.
[26] Ibid, hlm., 99.
[27] Ibid,, hlm. 101.
[28] Badri Yatim, hlm. 201
[29] Ibid, hlm. 201-203.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar