Kamis, 02 Mei 2013

PEMIKIRAN FILSAFAT PLATO


BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
            Salah satu pemikir (filosof) yang kita ketahui adalah Plato yang merupakan murid dari seorang filosof  besar yaitu Socrates. Plato lahir di Athena (427-347 SM) dn hidup sesaman dengan gurunya “Socrates” ia termasuk golongan bansawan. Dia lebih mengandalkan keunggulanya ala pemikiran Athena daripada pemikiran lain,dengan mengutamakan metal pemikira (filsafat) sastra dan seni.
            Plato pernah mendirikan dan memimpin sekolah academia di saat usianya (40 tahun) dan memberikan pengajaran secara baik dan mendalam di bidang ilmu pengetahuan dan filsafat terutama bagi orang-orang yang akan menjadi politikus. Akhir hayatnya Plato di kenal dengan seorang pemuda yang tak pernah kawin (80tahun) karena demi mengajar dan menjunjung tinggi kearifan.

B.      RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana latar belakang Plato?
2.      Metode apa yang di gunakan Plato dalam  mengembangkan pemikiranya?
3.      Bagaimana pemikiran Plato tentang filsafat?

C.      TUJUAN
1.      Agar kita dapat berpikir dengan baik
2.      Agar kita dapat megetahui bagaimana pemikiran para filosof terdahulu.
3.      Untuk mengetahui apa saja yang di pertentangkan para filosof terdahulu.

D.     MANFAAT
1.      Supaya kita dapat mengembangkan pemikiran para filosof terdahulu.
2.      Agar kita dapat menyelesaikan permasalahan.
3.      Supaya kita tidak tersesat di jalan yang sesat.
4.      Agar kita dapat berpikir secara rasional agar kita menyebar luaskan pendapat-pendapat tentang Tuhan dengan cara dialog seperti metode Plato.




FILSAFAT PLATO
A.  BIOGRAFI PLATO
            Plato lahir di Athena tahun 427 SM dan hidup dengan Socrates. Ia adalah salah seorang murid dan teman Socrates. dalam beberapa pemikirnya ia memperkuat pendapat gurunya dalam mengahapi kaum sofisme.
            Sebagaimana Socrates, ia menggunakan metode dialog untuk mengantarkan filsafatnya. Namun kebenaran umum (Definisi) menurutnya bukan dibuat dengan cara dialog yang induktif sebagaimana cara yang digunakan Socrates. Pengertian umum (defenisi) menurut Plato sudah tersedia di sana di alam idea[1].
B.  PEMIKIRAN FILSAFAT PLATO
            Dunia lahir adalah dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah dan warna-warni. Semua itu adalah bayangan dari dunia idea. Sebagai bayangan, hakikatnya hanyalah tiruan dari yang asli yaitu idea. Karenanya maka  dunia pengalaman ini berubah-ubah dan bermacam-macam. Barang-barang yang ada di dunia ini semuanya ada  contohnya yang ideal di dunia idea sana (dunia idea).
            Keadaan idea sendiri bertingka-tingkat. Tingkat idea yang tertinggi adalah idea kebaikan,di bawahnya idea jiwa dunia, yang menggerakkan dunia. Berikutnya idea keindahan yang menimbulkan seni, ilmu, pendidikan, dan politik. Dengan demikian jelas bahwa kebenaran umum itu memang sudah ada, bukan dibuat melainkan sudah ada di dalam idea. Manusia dulu berada di dunia idea bersama-sama dengan idea-idea lainnya dan mengenalinya.
            Manusia di dunia nyata ini jiwanya terkurung oleh tubuh sehingga kurang ingat lagi hal-hal yang dulu pernah di kenalinya di dunia idea. Dengan kepekaan inderanya terkadang hal-hal yang emperik menjadikan ia teringat kembali apa yang pernah dikenalya dulu di dunia idea. Dengan Kata lain pengertian manusia yang membentuk pengetahuan tidak lain adalah dari ingatan apa yang pernah dikenalinya atau mengerti karena ingat.                     
            Sebagai konsep dari pandangan tentang dunia idea, dalam masalah etika, ia berpendapat bahwa orang yang berpengetahuan dengan perngertian macam-macam sampai pengertian tentang idenya,dengan sendirinya akan berbuat baik. Budi adalah tahu. Siapa tahu akan yang baik, cinta kepada idea,menuju kepada yang baik. Siapa yang hidup di dunia di dunia idea tidak akan bebuat jahat.

C.  FILSAFAT  PLATO TENTANG NEGARA
            Hal yang penting juga untuk diketahui dari filsafat Plato adalah pemikiran dia tentanng Negara. Menurutnya bahwa dalam tiap-tiap Negara segala golongan dan segala orang-orang adalah alat semata-mata untuk kesejahteraan semuanya[2]. kesejahteraan semuanya itulah yang menjadi tujuan yang sebenarnya. Dalam Negara yang ideal itu pengusaha menghasilkan, tetapi tidak memerintah. Golongan penjaga memperlindung tetapi tidak memerintah. Golongan cerdik pandai diberi makan dan dilindungi, dan mereka memerintah.       
            Ketiga macam budi yang dimiliki oleh masing-masing golongan yaitu bijaksana, berani dan menguasai diri dapat menyelenggarakan dengan kerjasama budi keempat bagi masyarakat,yaitu keadilan.
      Menurut Plato penduduk Negara dapat dibagi tiga golongan yaitu;
1.      Golongan teratas ialah golongan yang memerintah, terdiri dari  para filosuf. Mereka bertujuan membuat undang-undang dan mengawasi pelaksanaanya dan mereka  memegang kekuatan tertinggi. Golongan ini harus memiliki budi bijaksana.
2.      Golongan menegah adalah para pengawal dan abdi Negara. Tugas mereka adalah mempertahankan Negara dari serangan musuh dan menegakkan berlakunya undang-undang supaya dipatuhi semua rakyat
3.      Golonga terbawah atau rakyat pada umumnya. Mereka  adalah kelompok yang produktif dan harus pandai membawa diri.
D.  PEMBAGIAN DIALOG PLATO          
Pada umumnya para ahli membagi dialog-dialog Plato dalam tiga periode[3]:
1.      Periode dialog-dialog awal, disebut periode penyelidikan (inquiry).
2.      Periode dialog-dialog pertengahan, di sebut sebagai periode spekulasi/pemikiran (speculation).
3.      Periode dialog-dialog akhir, disebut sebagai periode kritisisme,penilaian, dan aplikasi (criticism,ppraisal, dan application ).
                  Dalam dialog-dialog awal, khususnya Hippias ,Gorgias Protagoras, Euthydemus, Meno, Minor, dan Cleitophon. Plato menyanggah para sofis yang menolak spekulasi, sains, teori etika, dan tradisi.
                  Dalam dialog-dialog pertengahan terlihat berkembang suatu filsafat sistematis. Hasil pemikiran yang begitu abstrak melahirkan teori-teori yang dituangakan kedalam enam tema pokok[4],yaitu:
1.      Teori tentang bentuk-bentuk (the theory of forms),
2.      Sifat cinta (the nature of love)
3.      Metode dealektika (the methon of dialectic);
4.      Bentuk atau ide tentang kebaikan (the from of good)
5.      Sifat jiwa (the nature of soul)
6.      Masyarakat ideal (the idea society).
            Memperhatikan keenam teori di atas, tepatlah apabila di katakan bahwa periode dialog-dialog pertengahan disebut sebagai periode spekulasi. Adapun dialog-dialog pada periode akhir merupakan suatu upaya untuk mengaplikasikan secara rinci system spekulatif yang agung itu (detailed application of the speculative system).
            Inti dasar seluruh filsafat Plato ialah ajaran tentang ide-ide. Plato percaya bahwa ide yang tertangkap oleh pikiran lebih nyata daripada objek-objek material yang terlihat oleh mata[5]. Adapun dunia ide adalah suatu realitas yang tak bisa dilihat, dirasakan, dan didengar, dunia yang benar-benar objektif dan berada  di luar pengalaman manusia. Apa yang disebut pengetahuan sebenarnya hanya meruapakan ingatan terhadap apa yang telah diketahuinya di dunia ide – konon sebelum berada di dunia indrawi, manusia pernah berdiam di dunia ide. Jelas bahwa dunia ide itu berada di luar pengalaman manusia di dunia, mengatasi ralitas yang tampak, dan keberadaanya terlepas dari dunia indrawi. Karena itusistem pemikiran Plato bersifat transendental. Karena itu pula, secara menyeluruh dapat di katakan bahwa metode filsafat Plato adalah metode deduktif spekulatif transendental.
E. ETIK PLATO
                 Sama seperti pandangan Socrates, etik Plato bersifat intelektual dan rasional. Dasar ajarannya adalah mencapai budi baik. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Tujuan hidup ialah mencapai kesenangan hidup. Yang dimaksud dengan kesenangan hidup itu bukanlah memuaskan hawa nafsu di dunia. Kesenangan hidup diproleh dengan pengetahuan.
                  Menurut Plato ada dua macam budi: Pertama budi filosofi yang timbul dari pengetahuan dengan pengertian. Kedua budi biasa yang terbawa oleh kebiasaan orang banyak. Sikap hidup yang dipakai tidak terbit dari keyakinan diri sendiri melainkan disesuaikan kepada moral orang banyak dalam hidup sehari-hari.
      Ada dua jalan yang dapat ditempuh untuk melaksanakan dasar etik:
1.      Melarikan diri dalam pikiran dari dunia yang lahir dan hidup semata-mata dalam di dunia idea.
2.      Mengusahakan berlakunya idea itu dalam dunia yang lahir  ini.
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
            Berdasarkan urain makalah di atas, maka kami dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Plato lahir di Athena tahun 427 SM dan hidup dengan Socrates. Ia adalah salah seorang murid dan teman Socrates. dalam beberapa pemikirnya ia memperkuat pendapat gurunya dalam mengahapi kaum sofisme.
2.      Keadaan idea bertingka-tingkat. Tingkat idea yang tertinggi adalah idea kebaikan,di bawahnya idea jiwa dunia, yang menggerakkan dunia. Berikutnya idea keindahan yang menimbulkan seni, ilmu, pendidikan, dan politik.
3.      Menurut Plato penduduk Negara dapat dibagi tiga golongan yaitu;
a.       Golongan teratas ialah golongan yang memerintah, terdiri dari  para filosuf.
b.      Golongan menegah adalah para pengawal dan abdi Negara.
c.       Golonga terbawah atau rakyat pada umumnya.
4.      Pada umumnya para ahli membagi dialog-dialog Plato dalam tiga periode
a.       Periode dialog-dialog awal, disebut periode penyelidikan (inquiry).
b.      Periode dialog-dialog pertengahan, di sebut sebagai periode spekulasi/ pemikiran (speculation).
c.       Periode dialog-dialog akhir, disebut sebagai periode kritisisme, penilaian, dan aplikasi (criticism,ppraisal, dan application ).
5.      Etik Plato bersifat intelektual dan rasional. Dasar ajarannya adalah mencapai budi baik. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Tujuan hidup ialah mencapai kesenangan hidup

B.  KRITIK DAN SARAN
            Apa bila dalam pembuatan makalah ini yang sangat sederhana, tentulah banyak suatu kekurangan dan kesalahan yang akan timbul. Maka dari itu kami sebagai penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak agar menjadi bahan pembelajaran bagi penyusun makalah ini. Dengan adanya makalah ini semoga dapat menambah wawasan pemakalah dan pembaca mengenai “Pemikiran Tentang Filsafat Plato”.
                                                                                           
                                                                                                                               


DAftar pustaka


Syadali, Ahmad.dkk.2004.Filsafat Umum.Bandung:Pustaka Setia.
Rapar, Jan Hendrik.1996.Pengantar Filsafat:Yogyakarta.Pustaka Setia.
Talib, Abdullah.2009.Filsafat Ilmu:Jln. Shyaik


[1] .Drs. H. Ahmad syadali,M.A.;Drs. Mudzakir, filsafat umum ,Cet II,(Bandung:Pustaka Setia,2004) hal;70
[2] Ibid,
[3] .Jan Hendrik Rapar, Pengantar filsafat.,Yogyakarta 1996. Hal:102
[4] Ibid,hlm;103                                                                                                        
[5] Ibid,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar