BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Salah satu pemikir (filosof) yang
kita ketahui adalah Plato yang merupakan murid dari seorang filosof besar yaitu Socrates. Plato lahir di Athena
(427-347 SM) dn hidup sesaman dengan gurunya “Socrates” ia termasuk golongan
bansawan. Dia lebih mengandalkan keunggulanya ala pemikiran Athena daripada
pemikiran lain,dengan mengutamakan metal pemikira (filsafat) sastra dan seni.
Plato
pernah mendirikan dan memimpin sekolah academia
di saat usianya (40 tahun) dan memberikan pengajaran secara baik dan mendalam
di bidang ilmu pengetahuan dan filsafat terutama bagi orang-orang yang akan
menjadi politikus. Akhir hayatnya Plato di kenal dengan seorang pemuda yang tak
pernah kawin (80tahun) karena demi mengajar dan menjunjung tinggi kearifan.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
latar belakang Plato?
2. Metode apa
yang di gunakan Plato dalam
mengembangkan pemikiranya?
3. Bagaimana
pemikiran Plato tentang filsafat?
C. TUJUAN
1. Agar kita
dapat berpikir dengan baik
2. Agar kita
dapat megetahui bagaimana pemikiran para filosof terdahulu.
3. Untuk
mengetahui apa saja yang di pertentangkan para filosof terdahulu.
D. MANFAAT
1. Supaya kita
dapat mengembangkan pemikiran para filosof terdahulu.
2. Agar kita
dapat menyelesaikan permasalahan.
3. Supaya kita
tidak tersesat di jalan yang sesat.
4. Agar kita
dapat berpikir secara rasional agar kita menyebar luaskan pendapat-pendapat
tentang Tuhan dengan cara dialog seperti metode Plato.
FILSAFAT PLATO
A. BIOGRAFI PLATO
Plato
lahir di Athena tahun 427 SM dan hidup dengan Socrates. Ia adalah salah seorang
murid dan teman Socrates. dalam beberapa pemikirnya ia memperkuat pendapat
gurunya dalam mengahapi kaum sofisme.
Sebagaimana
Socrates, ia menggunakan metode dialog untuk mengantarkan filsafatnya. Namun
kebenaran umum (Definisi) menurutnya
bukan dibuat dengan cara dialog yang induktif sebagaimana cara yang digunakan Socrates.
Pengertian umum (defenisi) menurut Plato
sudah tersedia di sana di alam idea[1].
B. PEMIKIRAN FILSAFAT PLATO
Dunia
lahir adalah dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah dan warna-warni. Semua
itu adalah bayangan dari dunia idea. Sebagai bayangan, hakikatnya hanyalah
tiruan dari yang asli yaitu idea. Karenanya maka dunia pengalaman ini berubah-ubah dan
bermacam-macam. Barang-barang yang ada di dunia ini semuanya ada contohnya yang ideal di dunia idea sana
(dunia idea).
Keadaan
idea sendiri bertingka-tingkat. Tingkat idea yang tertinggi adalah idea kebaikan,di bawahnya idea jiwa dunia, yang menggerakkan
dunia. Berikutnya idea keindahan yang menimbulkan seni, ilmu, pendidikan, dan
politik. Dengan demikian jelas bahwa kebenaran umum itu memang sudah ada, bukan
dibuat melainkan sudah ada di dalam idea. Manusia dulu berada di dunia idea
bersama-sama dengan idea-idea lainnya dan mengenalinya.
Manusia
di dunia nyata ini jiwanya terkurung oleh tubuh sehingga kurang ingat lagi
hal-hal yang dulu pernah di kenalinya di dunia idea. Dengan kepekaan inderanya
terkadang hal-hal yang emperik menjadikan ia teringat kembali apa yang pernah dikenalya
dulu di dunia idea. Dengan Kata lain pengertian manusia yang membentuk
pengetahuan tidak lain adalah dari ingatan apa yang pernah dikenalinya atau
mengerti karena ingat.
Sebagai konsep dari pandangan
tentang dunia idea, dalam masalah etika, ia berpendapat bahwa orang yang
berpengetahuan dengan perngertian macam-macam sampai pengertian tentang idenya,dengan
sendirinya akan berbuat baik. Budi adalah tahu. Siapa tahu akan yang baik, cinta
kepada idea,menuju kepada yang baik. Siapa yang hidup di dunia di dunia idea
tidak akan bebuat jahat.
C. FILSAFAT
PLATO TENTANG NEGARA
Hal
yang penting juga untuk diketahui dari filsafat Plato adalah pemikiran dia
tentanng Negara. Menurutnya bahwa dalam tiap-tiap Negara segala golongan dan
segala orang-orang adalah alat semata-mata untuk kesejahteraan semuanya[2]. kesejahteraan
semuanya itulah yang menjadi tujuan yang sebenarnya. Dalam Negara yang ideal
itu pengusaha menghasilkan, tetapi tidak memerintah. Golongan penjaga
memperlindung tetapi tidak memerintah. Golongan cerdik pandai diberi makan dan
dilindungi, dan mereka memerintah.
Ketiga
macam budi yang dimiliki oleh masing-masing golongan yaitu bijaksana, berani
dan menguasai diri dapat menyelenggarakan dengan kerjasama budi keempat bagi
masyarakat,yaitu keadilan.
Menurut
Plato penduduk Negara dapat dibagi tiga golongan yaitu;
1. Golongan
teratas ialah golongan yang memerintah, terdiri dari para filosuf. Mereka bertujuan membuat
undang-undang dan mengawasi pelaksanaanya dan mereka memegang kekuatan tertinggi. Golongan ini
harus memiliki budi bijaksana.
2. Golongan
menegah adalah para pengawal dan abdi Negara. Tugas mereka adalah
mempertahankan Negara dari serangan musuh dan menegakkan berlakunya undang-undang
supaya dipatuhi semua rakyat
3. Golonga
terbawah atau rakyat pada umumnya. Mereka
adalah kelompok yang produktif dan harus pandai membawa diri.
D. PEMBAGIAN DIALOG PLATO
Pada umumnya para
ahli membagi dialog-dialog Plato dalam tiga periode[3]:
1. Periode
dialog-dialog awal, disebut periode penyelidikan (inquiry).
2. Periode
dialog-dialog pertengahan, di sebut sebagai periode spekulasi/pemikiran (speculation).
3. Periode
dialog-dialog akhir, disebut sebagai periode kritisisme,penilaian, dan aplikasi
(criticism,ppraisal, dan application ).
Dalam dialog-dialog awal, khususnya Hippias ,Gorgias Protagoras, Euthydemus, Meno,
Minor, dan Cleitophon. Plato menyanggah para sofis yang menolak spekulasi,
sains, teori etika, dan tradisi.
Dalam dialog-dialog pertengahan terlihat
berkembang suatu filsafat sistematis. Hasil pemikiran yang begitu abstrak
melahirkan teori-teori yang dituangakan kedalam enam tema pokok[4],yaitu:
1. Teori tentang
bentuk-bentuk (the theory of forms),
2. Sifat cinta (the nature of love)
3. Metode dealektika (the methon of dialectic);
4.
Bentuk atau ide tentang kebaikan (the from of good)
5. Sifat jiwa (the nature of soul)
6. Masyarakat ideal (the idea society).
Memperhatikan
keenam teori di atas, tepatlah apabila di katakan bahwa periode dialog-dialog
pertengahan disebut sebagai periode spekulasi. Adapun dialog-dialog pada
periode akhir merupakan suatu upaya untuk mengaplikasikan secara rinci system
spekulatif yang agung itu (detailed
application of the speculative system).
Inti dasar seluruh
filsafat Plato ialah ajaran tentang ide-ide. Plato percaya bahwa ide yang
tertangkap oleh pikiran lebih nyata daripada objek-objek material yang terlihat
oleh mata[5]. Adapun dunia ide adalah
suatu realitas yang tak bisa dilihat, dirasakan, dan didengar, dunia yang
benar-benar objektif dan berada di luar
pengalaman manusia. Apa yang disebut pengetahuan
sebenarnya hanya meruapakan ingatan terhadap apa yang telah diketahuinya di
dunia ide – konon sebelum berada di dunia indrawi, manusia pernah berdiam di
dunia ide. Jelas bahwa dunia ide itu berada di luar pengalaman manusia di
dunia, mengatasi ralitas yang tampak, dan keberadaanya terlepas dari dunia
indrawi. Karena itusistem pemikiran Plato bersifat transendental. Karena itu
pula, secara menyeluruh dapat di katakan bahwa metode filsafat Plato adalah metode deduktif spekulatif transendental.
E. ETIK
PLATO
Sama seperti pandangan Socrates,
etik Plato bersifat intelektual dan rasional. Dasar ajarannya adalah mencapai
budi baik. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Tujuan
hidup ialah mencapai kesenangan hidup. Yang dimaksud dengan kesenangan hidup
itu bukanlah memuaskan hawa nafsu di dunia. Kesenangan hidup diproleh dengan
pengetahuan.
Menurut Plato ada dua macam
budi: Pertama budi filosofi yang
timbul dari pengetahuan dengan pengertian. Kedua
budi biasa yang terbawa oleh kebiasaan orang banyak. Sikap hidup yang dipakai
tidak terbit dari keyakinan diri sendiri melainkan disesuaikan kepada moral
orang banyak dalam hidup sehari-hari.
Ada
dua jalan yang dapat ditempuh untuk melaksanakan dasar etik:
1.
Melarikan
diri dalam pikiran dari dunia yang lahir dan hidup semata-mata dalam di dunia
idea.
2.
Mengusahakan
berlakunya idea itu dalam dunia yang lahir ini.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan
urain makalah di atas, maka kami dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Plato lahir di
Athena tahun 427 SM dan hidup dengan Socrates. Ia adalah salah seorang murid
dan teman Socrates. dalam beberapa pemikirnya ia memperkuat pendapat gurunya
dalam mengahapi kaum sofisme.
2.
Keadaan idea
bertingka-tingkat. Tingkat idea yang tertinggi adalah idea kebaikan,di bawahnya idea
jiwa dunia, yang menggerakkan dunia. Berikutnya idea keindahan yang menimbulkan seni, ilmu, pendidikan, dan
politik.
3.
Menurut Plato
penduduk Negara dapat dibagi tiga golongan yaitu;
a. Golongan
teratas ialah golongan yang memerintah, terdiri dari para filosuf.
b. Golongan
menegah adalah para pengawal dan abdi Negara.
c.
Golonga terbawah
atau rakyat pada umumnya.
4.
Pada umumnya para ahli membagi
dialog-dialog Plato dalam tiga periode
a. Periode
dialog-dialog awal, disebut periode penyelidikan (inquiry).
b. Periode
dialog-dialog pertengahan, di sebut sebagai periode spekulasi/ pemikiran (speculation).
c. Periode
dialog-dialog akhir, disebut sebagai periode kritisisme, penilaian, dan
aplikasi (criticism,ppraisal, dan application ).
5. Etik Plato bersifat intelektual dan rasional. Dasar
ajarannya adalah mencapai budi baik. Orang yang berpengetahuan dengan
sendirinya berbudi baik. Tujuan hidup ialah mencapai kesenangan hidup
B. KRITIK DAN SARAN
Apa
bila dalam pembuatan makalah ini yang sangat sederhana, tentulah banyak suatu
kekurangan dan kesalahan yang akan timbul. Maka dari itu kami sebagai
penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak agar
menjadi bahan pembelajaran bagi penyusun makalah ini. Dengan adanya makalah ini semoga dapat
menambah wawasan pemakalah dan pembaca mengenai “Pemikiran Tentang Filsafat Plato”.
DAftar pustaka
Syadali, Ahmad.dkk.2004.Filsafat Umum.Bandung:Pustaka Setia.
Rapar, Jan Hendrik.1996.Pengantar Filsafat:Yogyakarta.Pustaka
Setia.
Talib, Abdullah.2009.Filsafat Ilmu:Jln. Shyaik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar