Kamis, 02 Mei 2013

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN NILAI


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam obyek Filsafat Nilai, penilaian kita terbagi menjadi dua. Pertama, penilaian Determinatif. Dalam artian bahwa, ketika kita mendeskripsikan bahwa cuaca saat dingin misalnya, maka kita sesungguhnya mendskripsikan apa yang terjadi pada realitas sebagai mana adanya. Artinya dalam hal ini kita sesuaikan dengan keadaan yang terjadi pada saat itu. Jangan kita mengatakan cuaca sangat dingin padahal saat itu berlainan dengan hal tersebut. Jadi, ada kesesuaian antara keadaan yang kita rasakan dengan situasi pada saat itu.
Kedua, penilaian Asumtif. Artinya, bahwa kita menilai sesuatu dengan sifat yang tidak ada didalamnya, namun penilaian kita didasarkan pada yang kita raskan dan kita lihat. Misalnya, jika kita memandang bahwa keputusan ini penuh dengan kezaliman, maka sesungguhnya kita menilai keputusan itu dari sudut pandang kita dan dalam perspektif apa yang sesuai dengan kemaslahatan kita. Terkadang apa yang kita anggap itu sesuatu yang zalim namun bagi orang lain itu adalah sesuatu yang adil karena sesuai dengan sudut pandang mereka serta membawa manfaat bagi mereka.[1]
Dengan demikian panilaian kita terhadap sesuatu dalam pandangan kita berarti bahwa sesuatu itu memiliki nilai (Value) tertentu sesuai nilai pentingnya bagi kita. Dengan itu, kita bisa menamakan penilaian-penilaian asumtif kita dengan hukum-hukum nilai. terlepas dengan hal itu, yang kita akan fokuskan dalam makalah ini ialah hubungan antara nilai dengan filsafat.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang diatas maka pemakala dapat merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagamana itu  Nilai ?
2.      Bagai mana itu Filsafat ?
3.      Bagaimana hubungan Nilai dengan Filsafat ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Nilai
             Nilai secara etimologi merupakan pandangan kata value(bahasa inggris) yang berbasi moral (moral value)[2]. Dalam kehidupan sehari-hari, kata Nilai merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas dan berguna bagi manusia. Dalam pembahasan ini kata nilai merupakan kualitas yang berbasis moral. Istilah ini dalam filsafat dipakai untuk menunjukkan kata benda abstrak yang artinya keberhargaan  yang setara dengan berarti atau kebaikan.
            Dari sudut pandang terminologi nilai dapat diartikan berdasarkan difinisi tokoh-tokoh yang ada di dalamnya.sebagai berikut
Max Scheler mengatakn bahwa: nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung, dan tidak berubah seiring dengan perubahan barang. Contohnya:kursi tidak akan berubah menjadi meja ketika suatu objek dibuat menjadi kursi.
Immanuel Kant mengatakan bahwa: nilai tidak tergantung pada materi, ia murni sebagai nilai tampa bergantung pada pengalaman. Contohnya: manusia membunuh karena keinginan dia sendiri untuk membunuh tampah pengaruh dari orang lain yang menyuruhnya.
Jadi , Kehidupan dalam dunia ini merupakan sesuatu yang sangat bernialai namun dalam kenyataannya setiap yang bernilia itu mempunyai lapisan dan aspek yang berbeda – beda. Dalam memahami nilai itu kita harus sadar akan nilai itu sendiri yang ada pada manusia.
B. Filsafat
            Secara etimologi filsafat berasal dari dua kata pokok yaitu: philo dan shopia. Kata Philo berarti cinta atau sahabat, dan Sophia berarti kebijaksanaan, kearifan dan pengetahuan. Sehingga kat filsafat berarti cinta kebijaksanaan, cinta kearifan, cinta pengetahuan, atau sahabat pengetahuan, sahabat bijaksana, dan sahabat kearifat.[3]
            Secara terminologi filsafat dapat dia artikan dengan kegiatan berpikir secara bijak,arif,sistematis,menyeluruh dan logis terhadap sesuatu. Jadi menurut Nina W. Syam dalam sebuah bukunya Dr.Mustari Mustafa mengatakan bahwa berfilsafat pada dasarnya adalah perenungan yang mendalam mengenai sesuatu yang dia anggap atau dinilai bermanfaat bagi kehidupan manusia.[4]
Filsafat adalah usaha untik mengetahui sebaga sesuatu. ‘ada’ (being) merupakan implikasi dasar. Jadi, segala sesuatu yang mempunyai kualitas tertentu pasti ‘ada’. Filsafat mempunyai tujuan untuk membicarakan kaber-‘ada’an. Filsafat juga membehas lapisan terahir dari segala sesuatu atau membahas masalah yang paling mendasar.
Tujuan filsafat adalah mencari hakekat dari sesuatu objek atau gejala secara mendalam, sedangkan dalam filsafat nilai membicarakan hakekat nilai tertentu, untuk masuk kepada hakekat sesuatu, filsafat nilai  disini menjadi fokusnya filsafat. Filsafat juga bersifat integral  yang berarti mempunyai kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang utuh sebagai suatu keseluruhan. Sehingga filsafat memendang objeknya secara utuh.[5]
C. Hubungan Filsafat dengan Nilai
            Dalam filsafat nilai juga disebut sebagai Aksiologi. Sebagai cabang filsafat yang memperlajari nilai estetika dan etika terhadap hasil dari pengetahuan. Aksiologi ini juga merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai terhadap persoalan kefilsafatan, nilai yang dimaksud adalah nilai guna, nilai fungsi dan nilai manfaat.[6]
Berbica hubungan filsafat dengan nilai merupakan sesuatu yang tak bisa di pisahkan, karena nilai merupakan bagian dari filsafat atau cabang dari filsafat yang membahas mengenai nilai-nilai yang ada dalam filsafat itu sendiri yaitu nilai etika,etiket, norma dan nilai estetika yang keduanya membutuh pemikiran secara mendalam untuk mendapatkan hakikat dari nilai-nilai itu.
1.      Etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
2.      Estetika, juga biasa disebut dengan filsafat keindahan. Dimana membahas mengenai norma atau nilai indah dan tidak indah. Objelk dari estetika adalah pengalaman akan keindahan. Dalam estetika yang dicari adalah hakekat dari keindahan, bentuk-bentuk pengalaman keindahan (seperti keindahan jasmani dan keindahan rohani, keindahan alam dan keindahan seni).[7]
Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik. Baik pada diri seseorang maupun pada saat suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Yang berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik,dan segala kebiasaan yang dianut diwariskan dari satu orang ke orang lain. Dengan kata lain, etika adalah nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau sekelompok dalam mangatur tingka lakunya.
Sedangkan filsafat merupakan nilai dimana filsafat mencoba memberikan pemahaman secara mendalam tentang sesuatu yang dia anggap atau dinilai bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jadi jelas hubungan antara nilai dengan filsafat tidak bisa terpisahkan. Filsafat nilai adalah cabang yang membahas nilai secara filosof atau kefilsafatan, mendasar, menyeluruh, sistematis sampai pada hakekat nilai itu sendiri untuk mendapatkan kebenaran sesuai dengan kenyataan.
Selain itu ada juga masalah relatif dan Absolut. Nilai relative terganutng pada yang menilai nilai menjadui penting dalam  kehidupan manusia, menjadi pegangan dan prinsip hidup, sehingga dapat mempengaruhi tindakannya. nilai dapat dimengerti sebagai norma atau pegangan yang mengarahkan manusia pada perbuatan-perbuatanyang terpuji. Perbuatan manusia tersebut mengarah pada kebahagiaan bagi dirinya. Sedangkan nilai absolut tidak bisa diubah atau diganggu gugat, ada pada dirinya sendiri. Tidak ada yang mengungguli, sifatnya tetap. Misalnya tuhan maha adil, maha pengasih.[8] Dengan nilai absolut tersebut maka sesungguhnya nilai-nilai itu menjadisuatu hakekat universal yang kita jadikan sebagai standar untuk menilai berbagai hal sesuai dengan porsi hakekat, kebaikan dan keindahan wujudnya, baik dalam jiwa atau dalam realitas nyata.[9]
Selain kaitannya dengan nilai etika dan estetika, aksiologi berorintasi kepada asas manfaat atau tujuan, yaitu bagaimana filsafat  nilai mampu memberi pemecahan terhadap persoalan-persoalan baik dalam kaitannya dengan persoalan kehidupan manusia, maupun asan manfaat bagi pengembangan interdisipliner dalam filsafat nilai. Ada yang beranggapan bahwa tujuan ilmu pengetahuan sebagai upaya para peneliti menjadikan alat untuk menambah kehidupan kesenangan manusia dalam kehidupan yang terbatas dimuka bumi. Sebagai lagi diorientasikan sebagai alat untuk meningkatkan kebudayaan dan kemajuan bagi umat manusia secara keseluruhan baik bersifat objektif maupun subjektif.[10]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berbicara hubungan filsafat dengan nilai merupakan sesuatu yang tak bisa di pisahkan, karena nilai merupakan bagian dari filsafat atau cabang dari filsafat yang membahas mengenai nilai-nilai yang ada dalam filsafat itu sendiri yaitu nilai etika,etiket, norma dan nilai estetika yang keduanya membutuh pemikiran secara mendalam untuk mendapatkan hakikat dari nilai-nilai
Filsafat nilai merupakan nilai dimana filsafat mencoba memberikan pemahaman secara mendalam tentang sesuatu yang dia anggap atau dinilai bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jadi jelas hubungan antara nilai dengan filsafat tidak bisa terpisahkan. Filsafat nilai adalah cabang yang membahas nilai secara filosof atau kefilsafatan, mendasar, menyeluruh, sistematis sampai pada hakekat nilai itu sendiri untuk mendapatkan kebenaran sesuai dengan kenyataan.
B.     Saran-Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu dan memperluas wawasan pembaca mengenai Hubungan Nilai dengan Filsafat. Kami sadar bahwa penulisan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan olehnya itu kami harapkan kritikan bagi pembaca demi untuk mempernaiki makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Isma;il, Fu’ad Farid. Mutawalli, Abdul Hamid. Cara Mudah Belajar Filsafat : Barat Dan Islam. Cet . I. Jogjakarta: IRCiSoD. 2012.
Mustafa, Mustari. Konstruksi Filsafat Nilai:Antara Normatifitas dan realitas. Cet. I. (Makassar: Alauddin Pers. 2011.
Sabri, Muhammad. Tajuddin, Muhammad Saleh. Halim, Wahyudin Buku Daras Filsafat Ilmu. Makassar: Alauddin Press. 2009.
Surajiwo. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar  Cet. I.  Jakarta: PT Bumi Aksara. 2005.
Talib, S.Ag, M.Ag, Abdullah. Filsafat Ilmu: dari Yunani sampai zaman Modern. Makassar: Yayasan Pendidikan Makassar 2009


[1] Fu’ad Farid Isma;il & Abdul Hamid Mutawalli, Cara Mudah Belajar Filsafat : Barat Dan Islam, cet . I (Jogjakarta, IRCiSoD, 2012) hlm., 240
[2] Mustari Mustafa, Konstruksi Filsafat Nilai:Antara Normatifitas dan realitas, Cet.I, (Makassar: Alauddin Pers,2011), h.15
[3] Ibid,h.14-15
[4] Ibid,h.15
[5] Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Cet. I.  (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h., 4-5
[6] Dr. Abdullah Talib, S.Ag, M.Ag, Filsafat Ilmu: dari Yunani sampai zaman Modern, (Makassar: Yayasan Pendidikan Makassar, 2009).,  h., 16
[7] Surajiyo, Op. Cit., h., 101
[8] Ibid, h., 37
[9] Fu’ad Farid Isma’il, Abdul Hamid  Mutawalli, Op. Cit., h., 257
[10] Muhammad Sabri, Muhammad Saleh Tajuddin, Wahyudin Halim, Buku Daras Filsafat Ilmu, (Makassar: Alauddin Press, 2009), h., 103

Tidak ada komentar:

Posting Komentar