BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam obyek Filsafat Nilai, penilaian kita terbagi menjadi dua. Pertama, penilaian Determinatif. Dalam
artian bahwa, ketika kita mendeskripsikan bahwa cuaca saat dingin misalnya,
maka kita sesungguhnya mendskripsikan apa yang terjadi pada realitas sebagai
mana adanya. Artinya dalam hal ini kita sesuaikan dengan keadaan yang terjadi
pada saat itu. Jangan kita mengatakan cuaca sangat dingin padahal saat itu
berlainan dengan hal tersebut. Jadi, ada kesesuaian antara keadaan yang kita
rasakan dengan situasi pada saat itu.
Kedua,
penilaian Asumtif. Artinya, bahwa kita menilai sesuatu dengan sifat
yang tidak ada didalamnya, namun penilaian kita didasarkan pada yang kita
raskan dan kita lihat. Misalnya, jika kita memandang bahwa keputusan ini penuh
dengan kezaliman, maka sesungguhnya kita menilai keputusan itu dari sudut
pandang kita dan dalam perspektif apa yang sesuai dengan kemaslahatan kita.
Terkadang apa yang kita anggap itu sesuatu yang zalim namun bagi orang lain itu
adalah sesuatu yang adil karena sesuai dengan sudut pandang mereka serta
membawa manfaat bagi mereka.[1]
Dengan demikian panilaian kita terhadap sesuatu dalam pandangan
kita berarti bahwa sesuatu itu memiliki nilai (Value) tertentu sesuai nilai pentingnya bagi kita. Dengan itu, kita
bisa menamakan penilaian-penilaian asumtif kita dengan hukum-hukum nilai.
terlepas dengan hal itu, yang kita akan fokuskan dalam makalah ini ialah
hubungan antara nilai dengan filsafat.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang diatas maka pemakala dapat
merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagamana
itu Nilai ?
2.
Bagai
mana itu Filsafat ?
3.
Bagaimana
hubungan Nilai dengan Filsafat ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nilai
Nilai secara etimologi merupakan pandangan
kata value(bahasa inggris) yang berbasi moral (moral value)[2].
Dalam kehidupan sehari-hari, kata Nilai merupakan sesuatu yang berharga,
bermutu, menunjukkan kualitas dan berguna bagi manusia. Dalam pembahasan ini
kata nilai merupakan kualitas yang berbasis moral. Istilah ini dalam filsafat
dipakai untuk menunjukkan kata benda abstrak yang artinya keberhargaan yang setara dengan berarti atau kebaikan.
Dari sudut pandang
terminologi nilai dapat diartikan berdasarkan difinisi tokoh-tokoh yang ada di
dalamnya.sebagai berikut
Max Scheler mengatakn bahwa: nilai merupakan kualitas yang tidak
tergantung, dan tidak berubah seiring dengan perubahan barang. Contohnya:kursi
tidak akan berubah menjadi meja ketika suatu objek dibuat menjadi kursi.
Immanuel Kant mengatakan bahwa: nilai tidak tergantung pada materi,
ia murni sebagai nilai tampa bergantung pada pengalaman. Contohnya: manusia
membunuh karena keinginan dia sendiri untuk membunuh tampah pengaruh dari orang
lain yang menyuruhnya.
Jadi , Kehidupan dalam dunia ini merupakan sesuatu yang sangat
bernialai namun dalam kenyataannya setiap yang bernilia itu mempunyai lapisan
dan aspek yang berbeda – beda. Dalam memahami nilai itu kita harus sadar akan
nilai itu sendiri yang ada pada manusia.
B. Filsafat
Secara etimologi
filsafat berasal dari dua kata pokok yaitu: philo dan shopia.
Kata Philo berarti cinta atau sahabat, dan Sophia berarti
kebijaksanaan, kearifan dan pengetahuan. Sehingga kat filsafat berarti cinta
kebijaksanaan, cinta kearifan, cinta pengetahuan, atau sahabat pengetahuan,
sahabat bijaksana, dan sahabat kearifat.[3]
Secara terminologi
filsafat dapat dia artikan dengan kegiatan berpikir secara
bijak,arif,sistematis,menyeluruh dan logis terhadap sesuatu. Jadi menurut Nina
W. Syam dalam sebuah bukunya Dr.Mustari Mustafa mengatakan bahwa berfilsafat
pada dasarnya adalah perenungan yang mendalam mengenai sesuatu yang dia anggap
atau dinilai bermanfaat bagi kehidupan manusia.[4]
Filsafat adalah usaha untik mengetahui sebaga sesuatu. ‘ada’ (being)
merupakan implikasi dasar. Jadi, segala sesuatu yang mempunyai kualitas
tertentu pasti ‘ada’. Filsafat mempunyai tujuan untuk membicarakan
kaber-‘ada’an. Filsafat juga membehas lapisan terahir dari segala sesuatu atau
membahas masalah yang paling mendasar.
Tujuan filsafat adalah mencari hakekat dari sesuatu objek atau
gejala secara mendalam, sedangkan dalam filsafat nilai membicarakan hakekat
nilai tertentu, untuk masuk kepada hakekat sesuatu, filsafat nilai disini menjadi fokusnya filsafat. Filsafat
juga bersifat integral yang berarti
mempunyai kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang utuh sebagai suatu
keseluruhan. Sehingga filsafat memendang objeknya secara utuh.[5]
C. Hubungan Filsafat dengan Nilai
Dalam filsafat
nilai juga disebut sebagai Aksiologi. Sebagai cabang filsafat yang memperlajari
nilai estetika dan etika terhadap hasil dari pengetahuan. Aksiologi ini juga
merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai terhadap persoalan
kefilsafatan, nilai yang dimaksud adalah nilai guna, nilai fungsi dan nilai
manfaat.[6]
Berbica hubungan filsafat dengan nilai merupakan sesuatu yang tak
bisa di pisahkan, karena nilai merupakan bagian dari filsafat atau cabang dari
filsafat yang membahas mengenai nilai-nilai yang ada dalam filsafat itu sendiri
yaitu nilai etika,etiket, norma dan nilai estetika yang keduanya membutuh
pemikiran secara mendalam untuk mendapatkan hakikat dari nilai-nilai itu.
1.
Etika merupakan ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
2.
Estetika, juga biasa disebut dengan
filsafat keindahan. Dimana membahas mengenai norma atau nilai indah dan tidak
indah. Objelk dari estetika adalah pengalaman akan keindahan. Dalam estetika
yang dicari adalah hakekat dari keindahan, bentuk-bentuk pengalaman keindahan
(seperti keindahan jasmani dan keindahan rohani, keindahan alam dan keindahan
seni).[7]
Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik. Baik pada diri
seseorang maupun pada saat suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Yang
berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan
hidup yang baik,dan segala kebiasaan yang dianut diwariskan dari satu orang ke
orang lain. Dengan kata lain, etika adalah nilai-nilai atau norma-norma yang
menjadi pegangan seseorang atau sekelompok dalam mangatur tingka lakunya.
Sedangkan
filsafat merupakan nilai dimana filsafat mencoba memberikan pemahaman secara
mendalam tentang sesuatu yang
dia anggap atau dinilai bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jadi jelas hubungan
antara nilai dengan filsafat tidak bisa terpisahkan. Filsafat nilai adalah
cabang yang membahas nilai secara filosof atau kefilsafatan, mendasar,
menyeluruh, sistematis sampai pada hakekat nilai itu sendiri untuk mendapatkan
kebenaran sesuai dengan kenyataan.
Selain itu ada juga masalah relatif dan Absolut. Nilai relative
terganutng pada yang menilai nilai menjadui penting dalam kehidupan manusia, menjadi pegangan dan
prinsip hidup, sehingga dapat mempengaruhi tindakannya. nilai dapat dimengerti
sebagai norma atau pegangan yang mengarahkan manusia pada
perbuatan-perbuatanyang terpuji. Perbuatan manusia tersebut mengarah pada
kebahagiaan bagi dirinya. Sedangkan nilai absolut tidak bisa diubah atau
diganggu gugat, ada pada dirinya sendiri. Tidak ada yang mengungguli, sifatnya
tetap. Misalnya tuhan maha adil, maha pengasih.[8]
Dengan nilai absolut tersebut maka sesungguhnya nilai-nilai itu menjadisuatu
hakekat universal yang kita jadikan sebagai standar untuk menilai berbagai hal
sesuai dengan porsi hakekat, kebaikan dan keindahan wujudnya, baik dalam jiwa
atau dalam realitas nyata.[9]
Selain kaitannya dengan nilai etika dan estetika, aksiologi
berorintasi kepada asas manfaat atau tujuan, yaitu bagaimana filsafat nilai mampu memberi pemecahan terhadap
persoalan-persoalan baik dalam kaitannya dengan persoalan kehidupan manusia,
maupun asan manfaat bagi pengembangan interdisipliner dalam filsafat nilai. Ada
yang beranggapan bahwa tujuan ilmu pengetahuan sebagai upaya para peneliti
menjadikan alat untuk menambah kehidupan kesenangan manusia dalam kehidupan
yang terbatas dimuka bumi. Sebagai lagi diorientasikan sebagai alat untuk
meningkatkan kebudayaan dan kemajuan bagi umat manusia secara keseluruhan baik
bersifat objektif maupun subjektif.[10]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berbicara hubungan filsafat dengan nilai merupakan sesuatu yang tak
bisa di pisahkan, karena nilai merupakan bagian dari filsafat atau cabang dari
filsafat yang membahas mengenai nilai-nilai yang ada dalam filsafat itu sendiri
yaitu nilai etika,etiket, norma dan nilai estetika yang keduanya membutuh
pemikiran secara mendalam untuk mendapatkan hakikat dari nilai-nilai
Filsafat
nilai merupakan nilai dimana filsafat mencoba memberikan pemahaman secara
mendalam tentang sesuatu yang
dia anggap atau dinilai bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jadi jelas hubungan
antara nilai dengan filsafat tidak bisa terpisahkan. Filsafat nilai adalah
cabang yang membahas nilai secara filosof atau kefilsafatan, mendasar,
menyeluruh, sistematis sampai pada hakekat nilai itu sendiri untuk mendapatkan
kebenaran sesuai dengan kenyataan.
B.
Saran-Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat
menjadi tambahan ilmu dan memperluas wawasan pembaca mengenai Hubungan Nilai
dengan Filsafat. Kami sadar bahwa penulisan makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan olehnya itu kami harapkan kritikan bagi pembaca demi untuk
mempernaiki makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Isma;il, Fu’ad
Farid. Mutawalli, Abdul Hamid. Cara Mudah
Belajar Filsafat : Barat Dan Islam. Cet . I. Jogjakarta: IRCiSoD. 2012.
Mustafa,
Mustari. Konstruksi Filsafat Nilai:Antara Normatifitas dan realitas. Cet.
I. (Makassar: Alauddin Pers. 2011.
Sabri, Muhammad.
Tajuddin, Muhammad Saleh. Halim, Wahyudin Buku Daras Filsafat Ilmu. Makassar:
Alauddin Press. 2009.
Surajiwo. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar Cet. I.
Jakarta: PT Bumi Aksara. 2005.
Talib, S.Ag,
M.Ag, Abdullah. Filsafat Ilmu: dari Yunani sampai zaman Modern. Makassar:
Yayasan Pendidikan Makassar 2009
[1] Fu’ad Farid
Isma;il & Abdul Hamid Mutawalli, Cara
Mudah Belajar Filsafat : Barat Dan Islam, cet . I (Jogjakarta, IRCiSoD,
2012) hlm., 240
[2] Mustari
Mustafa, Konstruksi Filsafat Nilai:Antara Normatifitas dan realitas, Cet.I,
(Makassar: Alauddin Pers,2011), h.15
[3] Ibid,h.14-15
[4] Ibid,h.15
[5] Surajiyo, Ilmu
Filsafat Suatu Pengantar, Cet. I.
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h., 4-5
[6] Dr. Abdullah
Talib, S.Ag, M.Ag, Filsafat Ilmu: dari Yunani sampai zaman Modern, (Makassar:
Yayasan Pendidikan Makassar, 2009)., h.,
16
[7] Surajiyo, Op.
Cit., h., 101
[8] Ibid, h.,
37
[9] Fu’ad Farid
Isma’il, Abdul Hamid Mutawalli, Op.
Cit., h., 257
[10] Muhammad
Sabri, Muhammad Saleh Tajuddin, Wahyudin Halim, Buku Daras Filsafat Ilmu, (Makassar:
Alauddin Press, 2009), h., 103
Tidak ada komentar:
Posting Komentar